Dapur Rumah Kami

Dapur rumah merupakan salah satu ruangan terpenting dan umumnya bersifat privat. Di dapur itulah anggota keluarga melakukan kegiatan mengolah, memasak, hingga menyantap makanan. Semua kegiatan mengolah dan masak-memasak ini tentu bukan kegiatan yang seharusnya dilihat oleh tamu atau orang lain yang bukan anggota keluarga.

Tetapi tidak untuk keluarga kami. Kami sekeluarga justru membuat dapur rumah kami menjadi tempat yang bukan privasi lagi. Siapapun boleh menengoknya. Bahkan ketika ada seorang teman atau tamu yang datang ke kediaman kami pun, kami mengajak mereka untuk berbincang di dapur saja. Dari sekian banyak tamu dan teman pun, justru lebih banyak yang saya sambut di dapur dibandingkan di ruang tamu.

Membangun Keluarga Komunal

Keluarga merupakan pranata sosial pertama dan utama. Tak dapat dipungkiri keluarga miliki arti strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan. Rumah juga tak hanya dimaknai secara fisik, namun juga filosofis dalam membangun kepribadian keluarga itu sendiri.

Untuk ukuran sebuah keluarga, barangkali yang saya & Ririn Narulita, istri saya, bangun diluar kebiasaan semestinya bagaimana sebuah keluarga dibangun. Saya dan keluarga saya mengambil keputusan yang sangat beresiko dengan membuat keluarga kami sebagai keluarga komunal.

Menulis untuk bersenang-senang

Menulis, bagi saya adalah menuangkan apa yang ada di ‘dalam’. Ia kerap berkelebat di pikiran. Adakalanya ia hadir berupa kilatan-kilatan peristiwa ke dalam sebuah rangkaian visual. Rupanya dengan menulislah, salah satunya - saya bisa memahami apa yang ada di dalam nalar pikiran dan batin ini.


Sederhananya, saya menulis untuk bersenang-senang. Sekali saat untuk melepaskan kegelisahan. Lewat menulis ternyata saya kerap merasakan kegelisahan saya mampu terlepaskan. Sesaat setelah rampung menulis, perasaan seperti rasa riang, rileks selalu hadir..